Perkembangan pesat telekomunikasi di Indonesia, mengisyaratkan adanya beberapa permasalahan menarik untuk dicermati. Pada tahun 2002 sekarang ini, jumlah telepon seluler di Indonesia akan melampaui jumlah telepon tetap (fixed line) dalam jumlah yang cukup signifikan sebagai sebuah fenomena yang mengisyaratkan adanya beberapa perubahan paradigma dalam perilaku orang melakukan komunikasi di mana saja, kapan saja, dan siapa saja.Persoalan ini menjadi menarik kalau melihat bagaimana berbagai perangkat dan jasa komunikasi yang sekarang tersedia di masyarakat memberikan sebuah perspektif lain, komunikasi menjadi sebuah komoditas yang setara dengan komoditas pokok lainnya. Sehingga tidak mengherankan kalau lahan komunikasi sekarang ini menjadi rebutan berbagai pihak, baik BUMN seperti PT Telkom maupun operator telepon bergerak seluler.
Apalagi, infrastruktur jaringan komunikasi yang tersedia di Indonesia sekarang ini sudah tidak hanya digunakan untuk keperluan berbicara, tetapi sudah mampu untuk ditumpangkan dengan fasilitas multimedia seperti mengakses jaringan Internet maupun untuk menerima dan mengirim SMS (short message services) yang menjadi sangat populer untuk segala lapisan umur. Semua orang pun berlomba. Tidak hanya di sisi konsumen pengguna komunikasi, tetapi juga di sisi pengusaha baik yang menjual berbagai perangkat komunikasi (khususnya ponsel) maupun para operator yang berkecimpung dalam bisnis yang menggiurkan ini.
Namun, di sisi lain, potensi yang dikandung pasaran ponsel sekarang ini sebenarnya juga merupakan sebuah peluang lain untuk bisa memacu pertumbuhan dan pergerakan ekonomi. Bayangkan saja berapa banyak nilai rupiah yang ada pada setiap ponsel sekarang ini (hampir 80 persen pengguna ponsel di Indonesia sekarang menggunakan fasilitas pasca bayar dibanding prabayar dan baru bergerak dan mempunyai arti dalam perekonomian kalau pulsa-pulsa dalam nilai rupiah tersebut digunakan. Sedangkan di sisi lain, pertumbuhan dan pergerakan penggunaan ponsel menunjukkan kalau persaingan pasar (oleh para operator ponsel) ternyata mampu mendorong gairah masyarakat untuk berkomunikasi. Komunikasi dengan segala macam teknologi yang dikandungnya sekarang ini menunjukkan sudah tidak modelnya lagi untuk mempertahankan monopoli, sebuah bentuk perekonomian yang menyesatkan dan justru merugikan kepentingan orang banyak.
Namun demikian, dampak buruk penggunaan ponsel ternyata sangat besar. Emisi sinyal telepon selular ternyata bisa merangsang bagian korteks otak yang paling dekat dengan pesawat telepon itu, namun masih belum jelas apakah pancaran gelombang tersebut memberi dampak berbahaya atau tidak bagi kinerja otak dalam jangka waktu lama, seperti yang dikatakan para ilmuwan Itali dan dilansir Reuter. Studi yang dimuat dalam "Annals of Neurology" ini menambah besar jumlah lembaga penelitian yang sering dilakukan sebelumnya tentang pengaruh ponsel pada otak dan hubungannya dengan kanker. Menurut perkiraan industri, sekitar 730 juta ponsel akan dipasarkan tahun ini dan hampir dua miliar orang di seluruh dunia sudah menggunakan ponsel. Dari jumlah tersebut lebih dari 500 juta menggunakan jenis yang memancarkan medan elektromagnetik yang dikenal sebagai "Sistem Global Komunikasi Bergerak" atau lebih dikenal dengan istilah ponsel jenis GSM (Global System for Mobile). Namun sejauh ini dampak yang mungkin ditimbulkannya pada otak masih menjadi perdebatan dan belum bisa dipahami dengan baik. Dr. Paolo Rossini dari rumah sakit Fatebenefratelli di Milan dan rekan menggunakan Transcranial Magnetic Stimulation (TSM) untuk memeriksa fungsi otak saat menggunakan ponsel. Dalam studi ini Paolo dibantu 15 relawan pria yang menggunakan ponsel GSM 900 selama 45 menit. Hasilnya, sel-sel korteks motor sekitar 12 dari 15 relawan yang berdekatan dengan ponsel terlihat mengalami rangsangan selama menggunakan ponsel namun kembali normal setelah satu jam kemudian.
Para peneliti menegaskan bahwa mereka belum menemukan efek buruk penggunaan ponsel pada otak, namun pada orang dengan kondisi seperti epilepsi, yang berkaitan dengan rangsangan sel otak, memiliki potensi untuk terpengaruh stimulasi magnetik. "Boleh dikatakan penggunaan EMF (frekuensi elektromagnetik) dalam jangka waktu lama dan kontinyu berkaitan dengan penggunaan ponsel dalam kehidupan sehari-hari mungkin akan memicu resiko atau bahkan manfaat bagi penderita sakit otak." Sebenarnya studi medis mengenai penggunaan ponsel dan pengaruhnya pada otak telah memberi hasil beragam. Tahun lalu para peneliti Swedia menemukan penggunaan ponsel dalam jangka waktu lama akan meningkatkan resiko tumor otak. Namun studi ini dimentahkan empat operator ponsel Jepang yang tak menemukan bukti bahwa gelombang radio dari ponsel bisa membahayakan sel atau DNA.
3G
Kehadiran teknologi telepon selular generasi ketiga (3G) memberi peluang untuk mewujudkan impian-impian masa lalu terkait cara berkomunikasi. Kita sebelumnya mungkin belum pernah membayangkan dapat berkomunikasi dengan seseorang yang terpisah jarak namun bisa merasakan seakan-akan dia hadir dekat dengan kita. Hal itu bisa terasa karena selain bisa mendengar suaranya juga bisa melihat wajah lawan bicara di layar ponsel. Di era 1978 generasi pertama telepon bergerak yang menggunakan teknologi analog seperti AMPS (Advance Mobile Phone Service), Total Access Communications System (TACS) dan Nordic Mobile Telephone (NMT) mulai diperkenalkan. Teknologi mobile kemudian terus berkembang dengan hadirnya teknologi telepon selular generasi kedua (2G) lewat GSM (Global System for Mobile Communications) dan CDMA (Code Division Multiple Access). Keduanya memberikan layanan selangkah lebih maju dengan teknologi digital yang dimiliki dan kemampuannya mentransfer data. Belakangan muncul teknologi telepon selular generasi ketiga (3G) yang mampu mentransfer suara, data dan gambar dalam kecepatan tinggi, hingga 2 Mbps (megabyte per second). Terlepas dari sisi biaya yang belum diketahui besarnya dan berbagai aspek kesiapan masyarakat dalam implementasi layanan 3G, kemampuan yang dimiliki teknologi ini tentunya diharapkan mampu memberikan lebih banyak kemudahan dan efektivitas untuk berbagai sisi kehidupan masyarakat Indonesia. Namun demikian seperti kita pahami, setiap hal baru yang masuk ke masyarakat pasti membawa dampak atau perubahan sosial. Tak terkecuali dengan 3G. Keberadaannya di tanah air sudah barang tentu akan memberikan banyak implikasi di berbagai sektor kehidupan.
Dampak Baik dari Teknologi 3G
Bila kita cermati salah satu masalah pendidikan kita adalah kendala akses ke sumber informasi. Masih mahalnya harga buku-buku, ditambah keenganan sebagian besar masyarakat kita melangkah ke toko-toko buku dan perpustakaan diiringi masih ribetnya mencari informasi di perpustakaan konvensional ditenggarai menjadi penyebab hal tersebut. Selain internet, kehadiran 3G tentunya diharapkan dapat memberi alternatif solusi permasalahan akses ke sumber informasi ini. Contohnya, para pengguna ataupun pelanggan layanan ini ke depan akan memungkinkan untuk memilih berbagai e-book yang ditawarkan oleh berbagai content provider di manapun ia berada, selama lokasinya dalam jangkauan jaringan operator.
Salah satu aspek yang akan berubah dengan kehadiran 3G adalah media dan hiburan. Sebagaimana kita tahu, sebagian besar masyarakat kita adalah tipikal watching society. Kenyataan ini tentu akan dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis media maupun hiburan dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki 3G. Jaringan 3G yang memiliki bandwidth besar untuk lalu lintas data akan sangat memungkinkan bagi operator untuk menyediakan konten-konten berkapasitas besar, seperti konten-konten media dan hiburan sebagai salah satu layanan. Berbagai klip musik maupun MP3 diyakini akan membanjiri layanan 3G. Hal ini bahkan sudah dimulai dengan kehadiran fasilitas Ring Back Tone maupun Video Ring Tone saat ini. Selain memungkinkan untuk melakukan download file-file audio/video on demand, kehadiran 3G juga akan memungkinkan para penggunanya untuk menikmati radio streaming maupun mobile TV, termasuk sinetron, seperti yang sudah diaplikasikan di negara tetangga Singapura lewat operator MobileOne Ltd. Bagi para jurnalis televisi, kehadiran 3G diharapkan akan membantu peliputan mereka. Karena lewat video call mereka bisa secepatnya melaporkan sebuah peristiwa ke kantor redaksi untuk ditayangkan segera.
Bagi para pebisnis dari kalangan sosial ekonomi status tinggi (A, B), kehadiran 3G tentu akan semakin memudahkan mereka dalam mengambil keputusan. Pergerakan indeks saham maupun kurs dan didukung informasi dari pers yang bisa dipantau oleh mereka dari manapun akan membuat simpel pekerjaan mereka. Begitu pun dalam membaca peluang bisnis atau memutuskan sebuah penawaran kerjasama. Para pengusaha tak perlu beranjak dari kursi mereka untuk melihat sebuah penawaran barang/ jasa dari sebuah perusahaan. Mereka cukup melihat barang yang ditawarkan lewat video call, atau minta dikirim detail via email. Untuk kepentingan koordinasi pimpinan antar cabang, kalangan eksekutif perusahaan juga dapat memanfaatkan video conference, sehingga masing-masing individu dapat lebih mengefisiensikan waktunya. Mereka tak perlu berduyun-duyun pergi ke kantor pusat untuk sekedar koordinasi yang tidak mendesak.
Teknologi telepon selular generasi ke-tiga ini juga akan banyak memberi implikasi bagi gaya hidup masyarakat Indonesia. Ada kecenderungan di awal-awal kehadirannya 3G akan menjadi indikator pendongkrak status sosial bagi penggunanya. Bagi masyarakat kota metropolitan yang sudah akrab dengan kemacetan, kehadiran jaringan 3G akan membantu mereka untuk memilih jalan-jalan alternatif yang sedikit bebas macet. Hal itu terjadi karena operator lewat content provider bisa memberikan layanan video real time yang menayangkan situasi di jalan-jalan protokol. Bagi remaja maupun para games mania, ke depan mereka akan lebih leluasa bermain game online, tak hanya lewat internet namun juga lewat ponsel, karena jaringan 3G memungkinkan untuk itu. Pun begitu bagi para peminat komik, mereka bisa mendapatkan komik dengan gambar berkualitas lewat layanan 3G.
Dampak Buruk dari Teknologi 3G
Kendati begitu, bagi dunia akademisi maupun sekolah, kehadiran teknologi 3G ini berpotensi juga menimbulkan dampak negatif. Dalam bidang pendidikan, bila tidak diantisipasi, para siswa yang selama ini gemar menyontek dengan memanfaatkan fasilitas sms, boleh jadi di masa depan cukup memperlihatkan lembar jawaban kepada temannya via kamera handset 3G. Bahkan para joki ujian masuk perguruan tinggi bersama timnya pun berpotensi memanfaatkan teknologi ini untuk memuluskan langkah mereka.Kendati begitu, kehadiran 3G juga berpotensi memberikan ekses negatif terhadap gaya hidup, terutama bagi masyarakat perkotaan. Lewat layanan chat di jaringan 3G misalnya, para pelaku bisnis esek-esek perorangan ini akan lebih bebas bertransaksi dan berpromosi. Mereka bisa saja rela mempertontonkan tubuhnya lewat video call setelah meminta transfer dana kepada peminatnya terlebih dahulu.
Dan dampak jelas bagi para pelanggan seluler dengan teknologi GSM, semua telepon seluler (ponsel) dan berbagai perangkat teknologi GSM yang kita miliki akan tetap bisa digunakan walaupun operator GSM naik kelas ke teknologi 3G. Keadaan berbanding terbalik bagi para operator baru yang langsung masuk ke medan perang seluler Indonesia dengan teknologi 3G-nya. Jaringan yang dimiliki tidak akan bisa menerima ponsel, device, dan gadget berteknologi GSM, kecuali nekat melipatduakan biaya program investasi jangka pendek dan menengah mereka yang sudah diberikan para investor dan bankir yang membiayai investasi mereka. Dapat dipastikan akan susah bagi operator baru untuk bisa membuat teknologi 3G menjadi teknologi yang mengerti pelanggan GSM seperti kita. Dan ini jelas, penyelenggara jasa layanan yang tidak bisa membuat teknologinya bersahabat dengan penggunanya akan menghadapi kenyataan dunia usaha mereka seperti neraka kecil.
Hal kedua yang mendukung bisnis 3G menjadi sebuah ”neraka” bagi operator baru adalah kenyataan tidak energy efficient-nya ponsel 3G dibandingkan dengan ponsel GSM. Tidak banyak yang sadar, ponsel 3G itu sangat boros energi. Ini terbukti kalau kita melakukan riset kecil-kecilan spesifikasi teknis semua ponsel dual mode yang compatible untuk 3G dan GSM. Kita akan menerima kenyataan, penggunaan ponsel di mode 3G lebih boros baterai tiga hingga empat kali dibandingkan dengan penggunaan ponsel tersebut di mode GSM. Kita, pelanggan incumbent operator GSM yang naik kelas ke 3G, akan tetap dilayani dengan baik dikarenakan fleksibilitas kita dalam memilih mode jaringan ponsel yang bisa digunakan (3G atau GSM kalau mau hemat energi). Neraka ini akan tetap eksis bagi operator seluler baru yang teknologinya murni WCDMA hingga ditemukan teknologi baterai baru atau teknologi ponsel 3G yang lebih energy efficient di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka
www. Google. com
Pontianak Post Online. com
OneStopShopingForTechnologyTelecomunicationCDMA 20001x,EVDO,3G,GSM,GPRS,EGPRS,UMTS,EDGE,HSDPA~Modem GSM-CDMA~Mesin Fax GSM-CDMA~Repeater GSM-CDMA. com
Dev Yusmananda, Pengamat dan Praktisi di Dunia Seluler Indonesia, KOMPAS.com
Aspek Sosial Telepon Seluler JIBIS Humaniora. com